RSS

TeknoLogi untuk anak Tunarungu

1. Handphone untuk anak tunarungu.(Berkomunikasi)
    Anak tunarungu memang tidak dapat mendengar, tapi pada alat teknologi ini, suara yang dihasilkan oleh speaker telah diubah kedalam bentuk gelombang digital yang dirambatkan melalui sensor pendengaran khusus.
   Sensor pendengaran tersebut kemudian mengubah gelombang analog yang dihasilkan oleh suara ke dalam bentuk gelombang digital yang dipancarkan melalui getaran, getaran tersebut dirambatkan oda benda padat ketika terletak di atas media penghantarnya. Untuk mendapatkan hasil maksimal, sejatinya suara akan terdengar lebih jernih ketika rambatan getaran berjalan melalui benda padat yang memiliki ketipisan dan sifat elastis, semisal pada kaca.

Cara Mendeteksi Ganguan Pendengaran Usia Dini














(Muharzi Aghta Trianto, Amd. Aud)

Cara Mendeteksi Ganguan Pendengaran Usia Dini

Cara mendeteksi gangguan  pendengaran dengan mudah, Secara sederhana :
  1. Dapat dilakukan melalui permainan bunyi seperti tepuk tangan, batuk, menabuh     kaleng, dan sebagainya. Bayi normal akan  memberi respon terhadap bunyi. Bisa dengan mengedipkan  mata, mimik wajahnya berubah, berhenti  mengisap ASI atau botol susu, terkejut serta bereaksi dengan mengangkat kaki dan tangan
  2. Pada bayi yang lebih besar, kerap kali merespon  dengan menolehkan kepala pada sumber bunyi. Minimal, ia mencari sumber bunyi tersebut dengan gerakan mata. Jika si kecil tak bereaksi, sebaiknya orang tua segera membawanya ke dokter.
Berikut adalah  beberapa dari  tanda-tanda gangguan pendengaran pada bayi :
  • Jika bayi tidak merespon  terhadap suara pada saat ia atau dia adalah 3 sampai 4 bulan tua
  • Jika bayi tidak mengatakan kata-kata pendek seperti papa atau  mama saat sudah usia satu tahun
  • Bayi tidak menanggapi suara Anda
  • Bayi tidak meniru suara apa pun yang Anda buat
  • Bayi tidak merespon musik atau cerita
Gangguan Pendengaran Pada Bayi Dan Anak
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan gangguan pendengaran tipe KONDUKTIF (Conductive Hearing Loss) dimana terdapat hambatan hantaran  gelombang suara karena  kelainan atau  penyakit pada telinga luar dan tengah, sedangkan gangguan telinga dalam dapat menyebabkan  gangguan  pendengaran  tipe SENSORI NEURAL (Sensori Neural Hearing Loss). Jika terdapat kelainan atau penyakit tipe konduksi disertai sensorineural maka kelainan tersebut termasuk tipe CAMPURAN (Mixed Hearing loss). Penyebab gangguan pendengaran pada anak biasanya dibedakan menjadi 3 berdasarkan saat terjadinya gangguan pendengaran yaitu
1.    Pada saat  kehamilan atau dalam  kandungan (PRENATAL)
Yang berkaitan dengan keturunan (genetik). Yang tidak berkaitan dengan keturunan seperti Infeksi pada kehamilan terutama pada awal kehamilan/trimester pertama (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis), kekurangan zat gizi, kelainan struktur anatomi serta pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan yang berpotensi menggangu proses pembentukan organ dan merusak sel-sel rambut dirumah siput seperti salisilat, kina, neomycin, streptomisin, gentamisin, thalidomide barbiturate dll
2.  Pada saat  Kelahiran atau Persalinan (PERINATAL)
Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya gangguan pendengaran seperti tindakan  dengan alat  pada saat proses kelahiran (ekstraksi vakum, tang forsep), bayi lahir premature (< 37 mgg), berat badan lahir rendah (< 2500 gr), lahir tidak menangis (asfiksia), lahir kuning (hiperbilirubinemia). Biasanya jenis gangguan pendengaran yang terjadi akibat faktor prenatal dan perinatal ini adalah tipe saraf / sensori neural dengan derajat yang umumnya berat atau sangat berat dan sering terjadi  pada kedua telinga.
3.  Pada saat setelah  Persalinan (POSTNATAL)
Pada saat  pertumbuhan seorang bayi dapat terkena infeksi bakteri maupun virus seperti Rubella (campak german), Morbili (campak), Parotitis, meningitis (radang selaput otak), otitis media (radang telinga tengah) dan Trauma kepala. Bayi yang mempunyai  faktor resiko diatas mempunyai kecenderungan menderita gangguan pendengaran  lebih besar dibandingkan bayi yang  tidak mempunyai faktor  resiko tersebut.Seorang anak harus  diperiksa fungsi pendengarannya segera setelah dicurigai terdapat faktor-faktor resiko diatas  atau  anak tidak bereaksi terhadap bunyi-bunyian disekitarnya (tepukan  tangan, suara mainan, terompet, sendok yang dipukulkan  ke gelas/ piring dll) dan terdapat keterlambatan perkembangan  bicara dan bahasa.


Klasifikasi Anak Tuna Rungu

Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yang khusus dan umum. Ada beberapa klasifikasi anak tuna rungu secara umum, yaitu :
1. Klasifikasi umum
  1. The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkat katulian diatas 90 dB
  2. Hard of hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu ringan atau sedang dengna tingkat ketulian 20 -90 dB
2.      Klasifkasi khusus
  1. Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat katulian 25 – 45 dB. Seorang yang mengalami tunarungu ringan, ia mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi demikian, anak secara psikologis sudah memerlukan perhatian khsusus dalam belajarnya disekolah,misalnya dengan menempatkan tampat duduk di bagian depan yang dekatnya dengan guru.
  2. Tunarungu sedang yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46 – 70 dB. Seorang yag mengalami ketunarunguan sedang, ia hanya akan mengerti percakapan apada jarak 3 – 5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi dikelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan ini memerlkan adanya alat bantu denganr ( hearing aid ) dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.
  3.  Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 – 90 dB. Seeorang yang mengalami ketunarunguan tingkat taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya disekolah. Siswa juga sangat memerlukan adanta pembinaan atau latiha komunikasi dan pengembangan bicaranya.
  4. Tunarungu sangat berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian  90 dB keatas. Seeorang yang mengalami ketunarunguan tingkat sangat  berat ini sudah tidak dapat marespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran suara yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktifitas yang lainnya, penyandang tunarungu ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya.

Tanpa Mendengar Tunarungu-pun bisa Menari

Nusa Dua - Serombongan penari laki-laki dan perempuan muda bergerak gemulai. Gerakan mereka sempurna. Tidak ada satu gerakan pun yang tidak seirama, saling bertubrukan misalnya. Semua serba pas.

Sedari awal gerakan, iringan suara musik terus mengalun. Mengiringi dan menegaskan setiap ketukan gerak para penari. Antara musik dan gerak dua puluh penari tersebut seolah menyatu. Padahal, para penari tersebut tuna rungu dan tuna wicara. Bagaimana mereka bisa menari?

Hanya kesabaran, keuletan dan kemauan yang mendorong para penari tersebut bisa membawakan tarian dengan sempurna. Kalaupun ada kesesuaian antara musik pengiring dengan gerak tarian, itu karena mereka telah hafal setiap detail gerak yang harus dibawakan. Didukung, tanda dari para pemandu gerak.
(Miftahul Ulum /Sindo/fit)

Kenapa Pengelihatan Seorang Tunarungu Tajam?

Ilmuan diInggris menemukan bahwa retina mata pada seorang yang terlahir sebagai tunarungu atau kehilangan pendengaran pada usia dini,mengalami organ penglihatan yang berbeda pada mereka yang penglihatannya normal.
Penelitian dari Universitar Sheffield menyatakan,sel-sel syaraf pada retina mata penderita tunarungu tersebar dalam pola yang berbeda dibanding yang pendengarannya normal.Ini membuat mereka mampu memprioritaskan apa yang tampak pada pengelihatan perifer terjauh menjadi dekat dengan pendengaran mereka.Pengelihatan perifer adalah pandangan atau pengelihatan yang mampu mengenali situasi di sekeliling.Kemampuan ini disebut juga pengelihatan luas,yakni mampu melihat berbagai hal yang berada jauh dari titik fokus pengelihatan.

Tunarungu

        Tunarungu adalah individu ang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen .Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran :
            1.Gangguan pendengaran sangat ringan (25-40dB)
            2.Gangguan pendengaran ringan (41-55dB )
            3.Gangguan pendengaran sedang (56-70dB )
            4.Gangguan pendengaran berat (71-90dB)
            5.Gangguan pendengaran ekstrem/tuh (diatas 91dB)